Saturday, October 29, 2016

Tak Ada Sahabat Sejati

Hai, apa kabar? Udh move on? Samaan dong kita, jadian yuk *eaaaaaakkk
Ibaad balik lagi nih, buat bikin rusuh dan ngerecokin kalian semua seperti biasanya, gak apa kan? Hehehe
Gue udah ngebet bener bikin tulisan buat sahabat, udah lama banget sampe-sampe lupa mau mulai nulis dari mana. Ada momen dimana kita ngerasa sahabat itu berharga banget, ada. Namun, saat berada pada titik terendah dalam persahabatan semua mungkin aja berbanding terbalik, makin kesini makin gue yakinin kalau sahabat sejati itu emang gak ada, hanya sebuah harapan besar yang menggantung tinggi dan saatnya tiba akan jatuh juga dan semuanya bakal sirna.

Dear sahabat,

Maafkan jika aku telah memvonis keberadaan kalian yang tak nyata, hanya angan belaka. Bukan karena aku orang paling benar di dunia, bukan karena aku telah temukan yang lain, bukan karena aku telah lelah akan pasang surutnya persahabatan. Mungkin sejak saat ini aku udah gak pantes buat disebut sahabat kalian, terlalu banyak keegoisan dan kesoktauan yang telah aku lakukan terhadap kalian. Entah itu dalam hal kecil untuk hidup kalian ataupun hal besar. Berlagak tau segalanya, tau yang terbaik, nyatanya aku hanya bocah soktau bak setitik debu di tengah samudera. Terlebih, kesoktauan ku yang telah berimbas tak baik untuk kalian, hidup kalian. Aku terlupa akan hidup ku sendiri yang masih jauh dari kata sempurna, dengan sombongnya aku telah jauh masuk mengatur akan segala yang berhubungan dengan kalian. Terlupa akan siapa yang memiliki semua ini, siapa yang tau akan segala yang terbaik untuk kalian. Tuhan, ialah yang berhak akan vonis segala hal dalam hidup kalian termasuk hidupku juga, ia yang tau hal yang terbaik untuk kita semua, dan dengan lancangnya aku telah melangkahi itu semua. Mungkin aku manusia paling berdosa di dunia yang tenggelam akan kesoktauan dan keegoisan. Persahabatan yang sejati kembali tak kutemui karna akulah yang telah merusak semua, disengaja ataupun tak disengaja sama saja, semuanya udah terjadi dan tak mungkin dapat terulang, sekali lagi sahabat sejati memang tak benar adanya, benar kata orang sahabat sejati hanyalah amal. Iya, amal ibadah kitalah yang nantinya akan benar menjadi sahabat sejati, sedangkan sahabat yang kita anggap sahabat saat ini bisa saja esok lusa pergi dan takkan kembali dalam hidup kita. Kesalahanku dan kesalahan kalian yang meyakini akan adanya sebuah persahabatan yang sejati telah membawa kita pada kekecewaan satu sama lain, mungkin sebuah kekecewaan yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan mungkin akan menjadi puncak kekecewaan yang ada akan sebuah persahabatan yang dibanggakan. Maafkan aku sahabat-sahabat, mungkin ini terlihat bodoh dan konyol tapi yakinlah dan sadarilah sahabat sejati memang tak ada, dan ketahuilah satu hal sebaik apapun aku ataupun kalian terhadap sahabat, takkan mungkin dapat menerima segalanya yang ada pada diri kita, keburukan-keburukan kita. Karena orang yang paling menerima segalanya yang ada dalam diri kita hanyalah orangtua kita, bukan sahabat. Ada masa orang yang kita anggap sahabat akan berabalik jadi sebaliknya seperti aku, kalian telah salah menilai aku baik sebelumnya dan pada akhirnya harus kecewa akan tingkahku yang selama ini kalian anggap baik. Memang benar kata pepatah “Don’t judge the book by its cover”. Tapi ya gitu, kebanyakan dari kita akan tertarik membaca buku karena rayuan cover yang memperdaya kita untuk membacanya dan gak dapat dipungkiri ada pula yang sebaliknya, kembali lagi pada diri kita masing-masing.
Kemudian, sahabat, lebih baik kita mengurus diri kita masing-masing untuk hindari hal yang tak diinginkan dikemudian hari. Seperti apa yang perrnah gue bilang dipostingan sebelumnya, bahwa akan selalu ada batas tipis yang tak tampak tapi membatasi, privasi. Ada baiknya kita jaga masing-masing wilayah privasi kita. Seberat apapun itu, belajarlah untuk menghadapi segalanya sendiri meskipun pada akhirnya kita memang butuh bantuan orang lain karena kita adalah makhluk social. Jika telah lelah akan semuanya, ceritakan semuanya kepada yang maha segalanya, bukan sahabat. Hanya kepadnyalah kita akan dapat solusi atas segala macam permasalahan yang ada, sekali lagi tak ada andil dari sahabat, segalanya memang mutlak datang dariNya.
Sahabat-sahabatku, terima kasih atas semuanya yang telah kalian berikan kepadaku, kalau bisa utang-utang kalian cepat dilunasi ya. Hehehe… *lagi bokek nih*
Maaf atas segala kesalahan yang aku sengaja, aku sadari semua kesalahan sepertinya bukan karena ketidak sengajaan apalagi kebetulan, pure datangnya dari gue sendiri. Semoga kita semua jadi orang sukses dengan cara kita masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat. Maafkan atas kesoktauan gue, keegoisan gue. Maafin, kalau masih bisa, jika emang udah gak bisa apa boleh buat, terpaksa balikan sama mantan *eh Maaf maaf, efek hujan nih. Hehehe…
“Sahabat sejati, sebuah harapan yang kita lambungkan tinggi dan jika waktunya tiba akan jatuh juga kemudian sirna tak berbekas, karena teman sejati hanyalah amal. – Ibaad, Bungkusanpermen

Demikian postingan gak jelas gue kali ini, mungkin postingan terakhir buat bulan Oktober ini. 
Postingan selanjutnya bakal ada di bulan November ya guys J *gayanya kayak ada yang baca aja ini blog kampret*
Hahahahha *ketawa tamvan*
*Official intagram account Bungkusan Permen bakal release bulan depan guys, ntar semua quote kampret gue bakal gue post juga disana. Dont forget to FOLLOW!

See ya, hope you’ll be mine, mkr *eh MAAP. ^^

Byeee~

Sunday, October 16, 2016

Konsistensi Semu

Haii kamu, masih konsisten nunggu ibaad? *eh
Gue lagi gue lagi, ya iyalah ini kan blog gue jadi yang pasti gue lah yang nongol mulu disini!
Hehe ^^

Konsisten, ngomongin hal ini emang gak akan lepas dari kita, iya kita manusia pada dasarnya jauh dari sebuah konsistensi akan sesuatu, ada saja hal yang membuyarkan niatan kita akan konsistensi itu sendiri.
Kerap kali kita mendengar tuntutan akan konsistensi atas seseorang, tapi sesekali kita telisik lagi tentang tuntutan akan hal itu tak lebih dari sebuah harapan yang akan usang dan tak berbekas seiring berjalannya waktu. Kenapa? Ya karna di dunia ini emang gak ada yang bisa kita pastiin selain rejeki, jodoh dan maut. Tiga hal tersebutlah yang pasti menghampiri kita semua disaat yang tak terduga. Selain ketiga hal itu maka berhati-hatilah akan konsistensi yang akan kita lontarkan, seperti berjanji. Sadar atau tidak pada dasarnya kita pasti pernah mengingkari janji, gak perlu kita sangkali akan hal itu. Janji tak bisa terpisahkan akan konsistensi kita, ya konsistensi kita dalam menjaga dan menepati janji tersebut. Siapa yang bisa menjamin besok lusa janji itu masih tetap pada titik awal yang kita niatkan untuk tak teringkari? siapa?
Gak ada! Ingat "Kun Fayakun"
Adalah Ia sang maha segalanya dapat memutar balik semua dengan mudahnya.
Dan kita semua tahu jika janji adalah sebuah utang, semakin banyak janji semakin besar pula bakal calon utang kita nantinya. Janji mutlak harus ditepati, maka sebaiknya jangan berjanji.

Pernah berjanji untuk gak ninggalin seseorang yang elu sayangi? bisa-bisanya elu janjiin hal itu? tahu apa kamu tentang esok lusa? hari ini bisa berjanji tapi apakah ada jaminan janji itu akan bertahan selamanya? Gak sama sekali. Lupa ya? bukannya kita semua akan pergi nantinya? pergi dalam artian pada akhirnya akan "meninggalkan". Gimana? setuju? okesip. *senyum tamvan*
Pernah janji gak akan menyakiti? sama aja, janji yang lupa akan sejatinya manusia yang jauh dari kata sempurna. Kenapa kita dengan mudahnya berjanji? lupanya kita akan kemampuan kita yang terbataslah dalangnya. Kenapa gue bilang terbatas? ya karena kita bukanlah sang maha segalanya tanpa cacat cela. Catet!
Tuntutan akan konsistensi sungguh berat untuk kita yang hanyalah manusia biasa, mungkin kita bisa konsisten tapi ada jangka waktu yang tak bisa kita ketahui kapan janji yang terucap akan "kadaluarsa".
Ada baiknya kita tak menjanjikan sesuatu, bisa gue bilang dalam segala hal. Setuju? Maapin jika gue salah.
Pernah denger atau bahkan terucap tentang "menunggu" atau "aku akan selalu menunggumu". Hal yang acap kali terjadi disekitar kita atau bahkan yang kita alami sendiri. Kita bisa aja konsisten akan hal itu, tapi dalam jangka waktu tertentu aja, percaya deh sama gue. Hehe... *serius*
Pokoknya jauh banget dari konsistensi kita mah, coba kita lihat kebelakang udah berapa banyak hal yang kita upayakan akan "kekonsistensiannya"

"Konsistensi manusia tak lebih dari sebuah konsistensi semu yang akan sirna seiring berjalannya waktu, akan datang masa kadaluarsa"- Ibaad, bungkusanpermen.

Masih gak percaya?
Bayangin jika kita bener-bener konsisten, maka yang baik akan konsisten menjadi baik, maka yang rajin beribadah akan tetap rajin, dan yang berbuat jahat akan terus konsisten berbuat jahat. Gimana? Gimana dengan yang menjalin hubungan yang gue sebut "ikatan semu" jika benar-benar konsisten, maka mereka akan terus bersama, tapi faktanya ada jutaan atau bahkan milyaran manusia di dunia yang ditinggal nikah sama partner ikatan semunya? Nah loh, perih sob! Hahahaha *ketawa jahat*
Jodohlah yang akan membuyarkan semuanya, dan yang terbaik yang telah ditetapkanlah yang namanya akan terbit pada buku nikah kita nantinya *eh maksudnya kita semua, bukan "kita" ya. BUKAN! Hehe^^
Bukankah jika konsistensi itu ada pada kita, maka bisa dipastikan arah kita semua akan kemana? dengan siapa kita nantinya akan mengarungi kehidupan ini semuanya bisa ketebak, lantas apa kita lupa akan hidup ini yang penuh misteri, dan hanya Allah yang tahu semua itu?
Sudahlah, akuin kita semua emang jauh dari sebuah konsistensi dalam hidup ini. Dan hentikan tuntutan akan konsistensi dari seorang manusia.

"Seberapapun kerasnya kita menjaga konsistensi kita akan sesuatu, akan selalu ada alasan untuk mengakhiri konsistensi itu sendiri, entah dengan kesadaran atau bahkan tanpa kita sadari sedikitpun"- Ibaad, bungkusanpermen.

Maapin jika semua ini gak berbanding lurus dengan pemikiran kalian, karena ini hanyalah ulasan gue, ibaad yang jauh dari kesempurnaan. Hal ini semata-mata berdasarkan pengamatan gue sendiri, teman, sahabat, dan keluarga. Konsistensi juga tak terpisahkan oleh sifat dasar manusia pada umumnya, "lupa". Dan kala lupa telah menghampiri maka hampir bisa dipastikan habislah sudah konsistensi yang diupayakan. Dan jangan salahkan mereka yang tadinya teguh untuk "menunggu" berakhir dengan "pergi jauh", jangan salahkan "konsistensi" mereka akan hal itu karena menunggu adalah salah satu hal terkampret yang ada, dan gue benci menunggu *eh, tapi gue bukan satu-satunya! Sekali lagi konsistensi terbantahkan, so?
Ketika seseorang menuntut akan konsistensi kita, maka sanggahlah dengan mengatakan "aku tak bisa menjamin akan hal yang tak bisa kupastikan, tapi akan kuusahakan" 
Ini saran doang, gak mutlak kok toh kita hidup masing-masing dan pertanggung jawaban akan kembali pada kita masing-masing. *sungkem*
Nah kalau elu masih aja berusaha menentang ini semua, silakan dilanjutin sejauh mana elu sanggup mempertahankan hal yang kalian sebut sebuah "konsistensi".

See ya in the next post! Have a great day lads! ^^

Friday, October 14, 2016

Belajar Belajar dan Belajar

Bonjour bro sist!
Udah minggu aja ni, free dong dari segala macam kegiatan? mungkin sih ya. Minggu boleh aja jadi hari libur nasional, tapi gak berarti kita berhenti belajar hanya karena ini hari libur.
Life is full of learning sob! Ingat!

Belajar, apasih belajar?
Belajar ya gitu, dari kita yang gak tau apa-apa sampe tau apa-apa. Kalau menurut ibaad, belajar adalah proses kita dalam menguasai sesuatu yang pada awalnya tak bisa menjadi bisa. Kira-kira seperti itu, maafin kalau ibaad keliru.
Belajar mah luas, luas banget!
Kita belajar mah sejak kita dalam kandungan sampe nanti akhir khayat kita. Dalam hidup kita emang gak akan luput dari yang namanya belajar. Segalanya kita pelajari dari hal sederhana hingga sesuatu yang luar biasa. Terlepas dari besar kecilnya hal yang kita pelajari, pada akhirnya tetaplah sebuah pembelajaran.
Ada banyak sekali pembelajaran di dunia ini, bahkan setiap hela nafas kita tanpa kita sadari kita telah belajar. Belajar dari hal-hal baik hingga yang terburuk sekalipun. Belajar dari sebuah penyesalan yang kita alami. Tanpa kita sadari segala peristiwa yang telah kita lewati sebenarnya adalah pelajaran besar untuk kita.
Sama halnya dengan postingan di blog gue ini, gue belajar banyak dari apa yang udah gue tulis, belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi. Begitu pula kalian yang gue harapin postingan gue bisa bermanfaat buat kalian, ya emang harus gue akuin postingan gue kebanyakan bapernya tapi paling gak ada sedikit pembelajaran yang bisa kita semua petik. Dari bahasan gue soal mantan, pacaran, kesempatan kedua dan masih banyak lagi yang lainnya yang gak bisa gue sebutin satu persatu. Semuanya gue harap bisa jadi pembelajaran buat kita semua, karena kita bisa belajar darimana aja sob termasuk postingan nyeleneh gue. Hidup emang penuh pembelajaran, setiap detik dalam hidup kita ada pembelajaran yang kita dapat meski terkadang kita tak sadar akan hal itu. Pemerintah menggaungkan wajib belajar 12 Tahun? gue rasa kurang tepat karena wajib belajar sesungguhnya seumur hidup, ya seumur hidup. Kita gak akan berhenti belajar hingga hembusan nafas terakhir. Kemudian ada peribahasa yang menyebutkan "tuntutlah ilmu hingga ke negeri cina". Gue kurang sepakat akan hal itu, meskipun itu adalah peribahasa tapi belajar tak harus sampai ke negeri cina, karena apa? ya itu tadi, setiap detik dan dimanapun kita akan selalu belajar terlepas itu secara terencana maupun tak terencana.
Dan satu hal yang paling gue gak habis fikir, oknum-oknum yang udah belajar bertahun-tahun hingga bertitel tapi kelakuan masih gitu-gitu aja, korupsilah, suaplah dll. Satu hal yang kita bisa pelajari, belajar memang sepanjang usia tapi jika tak dibarengi dengan ilmu agama maka hilang sudah esensi dari pembelajaran tersebut.
Dan tolong dimaafkan karena tulisan gue kayaknya makin gak jelas dan semakin menjurus ke arah "tak belajar dari tulisan sebelumnya" makin jelek aja.
Hehehe... *sungkem*

Ini kayaknya udah harus gue akhirin tulisan pada postingan kali ini, karena jika diteruskan akan lebih melenceng dari bahasan, dan bakal gue tutup dengan quote gue yang cetar!

"Belajar mutlak tentang pengapliasian pada kehidupan serta manfaatnya bagi orang lain" -Ibaad, bungkusanpermen

Well, kayaknya bahasan ini absurd ya gengs? Maapin, kurang fokus nih ^^
See you in the pelaminan *eh next post deh. Ahaha

Ada tulisan yang kalian buat sendiri? mau ibaad publish? bebas bertema apa aja ntar bakalan Ibaad post kok, atau punya ide tapi bingung mau mulai nulis darimana? email aja yes! Kesini aja rozizzcrue@gmail.com. Jangan malu, santai aja gak usah minder tulisan kalian nantinya bakalan direspon gimana, yang perlu kalian pikirin adalah nulis nulis dan nulis aja.
Ditunggu! *ini serius*

Penyesalan Tak Mutlak Jadi Akhir Segalanya

Haiii haiii Fans. Hehehe...
Ibaad balik lagi nih, seperti biasa ngepost tulisan kampret, tulisan provokasi, tulisan gak penting tak sarat makna. Hahaha… Perlu kalian ketahui, sesungguhnya tulisan gue gak mutlak tentang pengalaman pribadi gue tapi bisa dari pengalaman teman, sahabat, atau bahkan mantan gue. Iya ada beberapa postingan yang gue tulis berdasarkan request dari mantan gue dan itu bukan tentang kisah kami. Jadi, tolong jangan diciye ciyein, ntar balikan. Wahahaha… Becanda doang, jangan diseriusin!

Pernah ngerasain penyesalan yang paling mendalam?
Gue yakin kita semua pasti pernah ngerasain betapa kampretnya rasa sesal, nyiksa bener dah pokoknya.
Kadang kita sok-sok nyalahin keadaan dll, padahalkan dasarnya kita aja yang dengan mudahnya teledor sehingga terjerumus ke lembah penyesalan. Ya gitu deh, penyesalan emang datangnya diakhir, mutlak sob gak usah diraguin lagi. Percaya deh sama ibaad. *senyum tamvan*

Oh iya, sebelum muncul fitnah kalau tulisan gue ini mutlak penyesalan dalam hal cinta gue mau lurusin dulu, penyesalan yang gue bahas ini umum kok, universal banget. Sumpah!
Ada banyak bentuk dan sasaran penyesalan, tergantung pribadi masing-masing sih soal apa yang disesalin. Ada yang nyesel soal cinta-cintaan, pekerjaan, keluarga. Banyaaak!
Penyesalan acap kali datang kala kita lupa, iya lupa bersyukur atas apa yang kita miliki. Tak luput pula disebabkan oleh emosi yang tak terkontrol, kenapa emosi? Ya karena dengan emosi yang meledak-ledak kita bisa salah ambil keputusan atau hal sejenisnya yang gak menutup kemungkinan keputusan yang berujung penyesalan. Emosi jelas menutup sisi bijak kita dalam menghadapi problem atau mengambil keputusan.

Pada akhirnya segala bentuk sesal yang muncul seringkali udah gak berguna sama sekali, karena penyesalan selalu bersahabat dengan kata “terlambat” dan jika telah terlambat habislah sudah. Tapi satu yang pasti satu penyesalan mengajarkan kita akan hal besar untuk kehidupan kita di masa yang akan datang.
Tapi jika terlambat yang gue bilang ini dibenturin sama kata-kata familiar ini “gak ada kata terlambat” gimana? Gue akuin, “gak ada kata terlambat” emang benar adanya tapi untuk hal penyesalan bisa gue pastiin pasti terlambat, karena apa? Karena penyesalan emang datang diakhir setelah semuanya udah terjadi, dan itu mutlak terlambat. Gimana? Bingung kan loe? Sama! Gue juga. Wahahahaha…

Gue lurusin, kata “gak ada kata terlambat” itu cocoknya sama hal-hal tertentu doang, contohnya dalam hal belajar, ya emang gak ada kata terlambat buat belajar selagi ada niat pasti bisa. Gitulah kira-kira. Hehe…
Nah kalau elu bilang gak ada kata terlambat buat ngajak mantan elu balikan yang elu tinggalin sih kayaknya bakalan useless. Karena ini soal hati sob, tapi jangan terlalu percaya ya sama gue kalau soal ini, belom tentu bener, malahan sering salah. Hahahaha *ketawa jahat*
Ngomongin penyesalan emang kayak gitu, kayak sayangnya aku ke kamu. Gak ada habisnya *eaaaaakk*
Nyesel kan loe ninggalin gue :p Wahaha *ketawa jahat* 
Lah ini apa, kenapa jadi melenceng gini ya x_x
Dalam hal sederhana, terkadang kita khilaf berkata kasar kepada teman atau bahkan orangtua kita. Mutlak akan muncul rasa penyesalan jika memiliki nurani, nah kalau gak yaudalah ke laut aja loe, dasar gak punya hati, gue benci! *lah ini kok drama banget, maafin ibaad ya *sungkem
Penyesalan ninggalin orang yang sebenarnya berharga banget buat kita juga perih sob, kenapa? Karena kita lupa bersyukur akan dia, dan kala kita tersadar semuanya hampir pasti terlambat. Yang tersisa tinggalah penyesalan yang kampret. *mewek*
Gitu deh terkadang kita baru sadar akan berharganya seseorang saat seseorang itu pergi dari hidup kita. Tapi dari deretan penyesalan yang ada, hal yang paling kita sesali nantinya adalah waktu yang kita lewatkan gitu aja, tak sempat bahagiain orangtua, dan lebih khususnya kayak penyesalan gue, penyesalan gue yang belum sempat bawain calon pendamping hidup gue ketemu nenek tapi nenek udah keburu pergi. Ini seriusan sedih banget! Nenek I love you! Promise you that I’ll find a girl like you someday :) 

Sekali lagi kebukti, penyesalan emang tak bisa dilepaskan dengan kata “terlambat”. Terlambat sudah menyesali semuanya. Di masa mendatang kita semua mesti lebih wise lagi ngadepin segalanya, baik itu dalam hal cinta-cintaan, keluarga, persahabatan dll. Bagi kalian yang sering berantem trus gampang bilang putus ke pacarnya, inget jangan nurutin congor aja cuk. Karena seperti yang gue bilang dipostingan sebelum-sebelumnya kalau kesempatan kedua itu gak seindah kesempatan pertama dan kerap kali berujung sama atau bahkan berujung lebih mengenaskan. Penyesalan tu perih banget, sumpah! *peluk mantan*
Ambilah hikmah dari sebuah penyesalan, apapun, sebesar apapun. Sekalipun penyesalan dan terlambat tak akan terpisahkan, belajarlah akan kewaspadaan agar tak terulang penyesalan dikemudian hari.

“Penyesalan mutlak muncul diakhir, tapi satu penyesalan ajarkan kita seribu kewaspadaan tuk hadapi kehidupan di masa mendatang”- Ibaad, bungkusanpermen

Well, sekian postingan gue kali ini. Maafin agak baper dikit. Hehe

See ya!

Thursday, October 13, 2016

Jealous? Bersyukurlah

Ohayouuuu kakak manis *eh
Maaf maaf, khilaf di pagi hari. Hehehe
Ohayouuuu minna~
Have a great day ya guys!

Baru aja tadi malam gue ngepost, ini mau ngepost lagi. Ya emang gitu kebiasaan gue, kalau udah terlanjur dapat ide kampret mesti cepet-cepet ditumpahin. Hehehe
Mungkin kalian bertanya-tanya, kok pagi-pagi gini, Ibaad udah nongol aja? Gak kerja apa?
Gue akuin emang sampai detik ini gue tak lebih dari seorang pengangguran, kerjaan gue tiap hari ya makan tidur makan tidur doang, tapi gak sebatas itu, ada kakek gue yang mesti gue temenin di rumah. Bukannya jadiin ini sebuah alasan, tapi gue cuma mencoba untuk memanfaatkan waktu gue yang blm bekerja ini untuk nemanin kakek, nah kalau gue kelayapan kasian beliau sendiri di rumah. Dan kalian gak pernah tahu gue sebenarnya beban banget di posisi ini, bukan soal nemenin beliau tapi soal gue yang belum juga mendapatkan pekerjaan. Bukannya tak berusaha, kita tahu sama tahu lah, ini kan era digital, nyari kerja gak harus mondar mandir dilauran sana, cukup stay di depan PC aja udah cukup menurut gue. Stop jadi juri gadungan!

Terus, kalian pasti bingung ini Ibaad sebenernya mau ngebahas apaan sih?
Gue mau ngebahas soal dengki/iri/jealous. Ya sifat itu emang udah gak asing lagi, dan kita gak usah munafik dengan mengatakan tak pernah mengalami hal tersebut. Jangan!
Ada orang yang beranggapan iri itu tidak baik, ada pula yang beranggapan sebaliknya. Kenapa demikian? karena sudut pandang masing-masing orang akan hal itu berbeda. Lumrah dong? Jelas!
Ketika orang beranggapan bahwa iri atau dengki itu gak baik, tentulah mereka memandangnya dari sudut keilmuan dan agama. Jelas di dalam agama tidak membenarkan akan hal itu, iri merupakan sifat yang tidak baik dan jelas mengotori hati. Lalu, bagaimana dengan orang yang beranggapan bahwa iri itu baik, tentu pula mereka berpandangan dari sudut pandang logika mereka. Secara logika, iri atau dengki bisa jadi cambuk atau motivasi untuk menyamai atau bahkan melampaui apa yang kita dengkikan. Jelas itu merupakan hal yang baik jika merujuk pada hasil, bukan proses dari hasil tersebut yang dilandasi iri atau dengki.

Ngebahas soal iri atau dengki emang gak ada habisnya, hal ini tak luput dari sifat manusia yang tak pernah puas. Ada saja hal yang membuat kita iri akan orang lain, dari hal kecil hingga hal yang besar.

"Tingkat kepuasaan yang tak terbatas dan lupanya kita akan apa yang telah kita miliki adalah dalang dari sifat iri atau dengki" -Ibaad, bungkusanpermen

Hari ini mungkin kita punya 1, besok mungkin kita ingin 2,3 dan seterusnya. Bagaimana dengan iri atau dengki yang orang anggap baik?
Kita ambil contoh kesuksesan orang disekitar kita, ada banyak saudara, teman, sahabat kita yang sukses dan tak menutup kemungkinan rasa iri atau dengki itu muncul. Lantas apakah hal ini yang dikatakan dengki atau iri yang baik, dengan melihat kesuksesan seseorang lalu timbul rasa ingin meraih hal yang sama atau bahkan lebih?
Menurut Ibaad, gak mutlak baik tapi logikanya hal ini bisa jadi motivasi untuk kita maju menuju kesuksesan, terlepas dari rasa iri atau dengki tadi yang memicu akan hal ini.
Terkadang Ibaad secara pribadi merasa iri akan kesuksesan orang lain, kenapa gue gak bisa kayak mereka? kenapa gue dulunya gak jadi polisi aja? kenapa gue kuliah? kenapa?
Yang jelas "kenapa" gak harus dijawab dengan kata "karena". Takdir, ya anggaplah begitu karena jalan hidup seseorang udah didesign sedemikian rupa oleh Allah, jangan pernah mengeluh akan apa yang tak kau punya hari ini tapi bersyukurlah akan apa yang kau miliki hari ini.
Bisa jadi hari ini kita belum jadi apa-apa, siapa yang tau besok lusa? yang terpenting tetaplah berusaha dengan diiringi do'a tentunya dan jangan lupa pesan Almh nenek gue, "sabar".

"Everyone has their own destiny, then has their own way to reach it. Believe it!"-Ibaad, bungkusanpermen

Jadi, kesimpulannya adalah iri atau dengki pure gak baik dan akan tetap begitu.

Well, sekian postingan ngawur kali ini. Maafin ibaad ya, maafin belum bisa ngelamar kamu kakak berkerudung merah ^^ hihihi
See you in the next post!
Sayonaraaa~

Wednesday, October 12, 2016

Cinta Pada Pandangan Pertama? Hoax!

Konbawa minna~
Ibaad balik lagi nih, pasti gak ada yang nantiin tulisan tulisan kampret gue. Ya gak? 
Kasian bener ya gue. *nangis dipojokan*
Gimana nih kabar kalian setelah ditinggal do’i? masih mewek aja? Dasar lemah! Wkwkwk *ketawa jahat*

Beberapa hari silam ibaad baru kelar ikutin kegiatan kepramukaan, biasalah ngawasin bocah-bocah yang ikut lomba. Secara gue kan dibutuhin banget disana buat nyemangatin mereka, padahal nyatanya apa? Gue cuma numpang tidur doang disana. Hahaha
Maafin kakak ya adik-adik *agak mewek dikit*

Beberapa hari disana ada banyak banget yang kakak-kakak cakeps, wajar dong laki mah gitu punya mata ya nikmatin aja paras-paras kakak-kakak cantik yang ada. Hehe…
Trus apa pentingnya gue tulis ini semua? Gak tau juga ya, ini gue kurang fokus mungkin, efek banyaknya kakak-kakak yang menawan. Ada sih 1 yang beda diantar mereka semua. Beda banget, dan gue udah masuk ke level kagum dan penasaran. Ingat, gak ada yang namanya cinta pandangan pertama, yakin deh! Percaya aja sama gue.
Ya walaupun postingan gue sebelumnya menghimbau untuk jangan terlalu percaya tapi kali ini please percaya, karena gue mau ngebahas kalau cinta pandangan pertama itu Cuma mitos, hoax doang!

Let start it!

Ngomongin soal cinta pada pandangan pertama, gue yakin kalian semua pasti pernah memvonis diri kalian akan hal ini. Bener gak?
Percaya atau gak yang namanya cinta pandangan pertama itu tak lebih dari sebuah ilusi yang kita captain sendiri ke dalam diri kita. Berdalih telah jatuh cinta padahal baru kali pertama jumpa dan belum mengenal sama sekali. Gini aja, ketika elu liat kue yang keliatannya enaaak banget tapi kue itu blm pernah elu makan sebelumnya. Nah, gimana mungkin elu langsung memvonis kalau elu suka banget sama kue itu sebelum kamu mencobanya. Bener gak?
Sama halnya dengan cinta, cinta itu soal waktu, proses, kebiasaan. Catet!
Kalau ada yang bilang cinta pada elu padahal kenal aja baru beberapa hari atau bahkan baru ketemu tadi pagi, itu gak lebih dari sekedar cinta hoax. Ada beberapa alasan mereka yang memvonis dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama: pertama kagum, kedua penasaran, ketiga nafsu. Bukannya apa-apa, apasih di dunia ini yang gak butuh proses? Apalagi soal hati, gak semudah itu bro sist. Jangan samain hati loe dengan mie instant, beda!

Normalnya cinta bisa tumbuh jika terbiasa dalam berbagai hal, seperti terbiasa berkomunikasi dan betemu secara intens. Untuk standar berapa hari cinta akan tumbuh, tak ada teori pasti karena cinta datang karena terbiasa dan tak ada standar akan berapa hari akan tumbuh karena tingkat “kesuburan” cinta seseorang untuk tumbuh berbeda-beda.

“Cinta pada pandangan pertama adalah ilusi yang kita ciptakan dan pada dasarnya hal itu tak lebih dari sekedar rasa kagum atau penasaran terhadap seseorang” –Ibaad, bungkusanpermen.

Gue juga gak ngerti sama mereka yang gampang banget abis putus besoknya udh ada yang baru, dan kampretnya pake umbar umbar soal cinta. Sumpah itu gelik!
Nah dalam hal ini boleh banget kalian hubungkan dengan postingan gue sebelumnya, jangan terlalu percaya. Hehehe

Ketika kalian bertemu orang baru kalian kenal atau bahkan belum kalian kenal sama sekali dan kalian merasakan hal yang berbeda maka itu tak lebih dari rasa kagum dan penasaran kalian. Karena pada dasarnya manusia memang tak lepas dari penasaran akan hal hal baru, termasuk penasaran akan orang yang baru dikenal atau ditemui. Tentu saja tak luput dari paras, gak usah munafik paras juga menjadi faktor akan kekaguman dan penasaran kalian, dan itu hal yang lumrah. Ya memang gak semua begitu, ada pula yang kagum akan sikap, wibawa dan lain lain. Balik lagi ke diri kita masing-masing, karena standar seseorang berbeda-beda. Kayak gue, gue seneng akan dia yang unik entah itu humoris, wibawa, ataupun hobi yang sama. *lah gue malah curhat*

Dan pada akhirnya inti dari sebuah perjalanan untuk mempersatukan tulang rusuk dan pemiliknya tak mutlak ditentukan paras, tapi mungkin juga kenyamanan dan kesetiaan. Kenapa gue bilang mungkin? Karena emang gak ada hal yang bisa gue pastiin, karena yang pasti datangnya hanya dari-Nya, Allah S.W.T. Jika telah dipersatukan, tulang rusuk takkan pernah pergi meninggalkan pemiliknya kecuali tiba masa untuknya kembali menghadap sang maha kuasa.

“Pada akhirnya kriteria yang kita ciptakan untuk pendamping hidup tak mutlak jadi yang terbaik, tapi dia yang namanya tertulis pada buku nikahmulah yang mutlak terbaik untukmu”- Ibaad, bungkusanpermen

Well, sekian tulisan nyeleneh gue yang makin hari makin gak jelas. Maapin ibaad ya teman teman *sungkem*
See you in the next post!
Oyasuminasai kakak berkerudung merah^^
Kawaiii ^^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More