Sunday, October 16, 2016

Konsistensi Semu

Haii kamu, masih konsisten nunggu ibaad? *eh
Gue lagi gue lagi, ya iyalah ini kan blog gue jadi yang pasti gue lah yang nongol mulu disini!
Hehe ^^

Konsisten, ngomongin hal ini emang gak akan lepas dari kita, iya kita manusia pada dasarnya jauh dari sebuah konsistensi akan sesuatu, ada saja hal yang membuyarkan niatan kita akan konsistensi itu sendiri.
Kerap kali kita mendengar tuntutan akan konsistensi atas seseorang, tapi sesekali kita telisik lagi tentang tuntutan akan hal itu tak lebih dari sebuah harapan yang akan usang dan tak berbekas seiring berjalannya waktu. Kenapa? Ya karna di dunia ini emang gak ada yang bisa kita pastiin selain rejeki, jodoh dan maut. Tiga hal tersebutlah yang pasti menghampiri kita semua disaat yang tak terduga. Selain ketiga hal itu maka berhati-hatilah akan konsistensi yang akan kita lontarkan, seperti berjanji. Sadar atau tidak pada dasarnya kita pasti pernah mengingkari janji, gak perlu kita sangkali akan hal itu. Janji tak bisa terpisahkan akan konsistensi kita, ya konsistensi kita dalam menjaga dan menepati janji tersebut. Siapa yang bisa menjamin besok lusa janji itu masih tetap pada titik awal yang kita niatkan untuk tak teringkari? siapa?
Gak ada! Ingat "Kun Fayakun"
Adalah Ia sang maha segalanya dapat memutar balik semua dengan mudahnya.
Dan kita semua tahu jika janji adalah sebuah utang, semakin banyak janji semakin besar pula bakal calon utang kita nantinya. Janji mutlak harus ditepati, maka sebaiknya jangan berjanji.

Pernah berjanji untuk gak ninggalin seseorang yang elu sayangi? bisa-bisanya elu janjiin hal itu? tahu apa kamu tentang esok lusa? hari ini bisa berjanji tapi apakah ada jaminan janji itu akan bertahan selamanya? Gak sama sekali. Lupa ya? bukannya kita semua akan pergi nantinya? pergi dalam artian pada akhirnya akan "meninggalkan". Gimana? setuju? okesip. *senyum tamvan*
Pernah janji gak akan menyakiti? sama aja, janji yang lupa akan sejatinya manusia yang jauh dari kata sempurna. Kenapa kita dengan mudahnya berjanji? lupanya kita akan kemampuan kita yang terbataslah dalangnya. Kenapa gue bilang terbatas? ya karena kita bukanlah sang maha segalanya tanpa cacat cela. Catet!
Tuntutan akan konsistensi sungguh berat untuk kita yang hanyalah manusia biasa, mungkin kita bisa konsisten tapi ada jangka waktu yang tak bisa kita ketahui kapan janji yang terucap akan "kadaluarsa".
Ada baiknya kita tak menjanjikan sesuatu, bisa gue bilang dalam segala hal. Setuju? Maapin jika gue salah.
Pernah denger atau bahkan terucap tentang "menunggu" atau "aku akan selalu menunggumu". Hal yang acap kali terjadi disekitar kita atau bahkan yang kita alami sendiri. Kita bisa aja konsisten akan hal itu, tapi dalam jangka waktu tertentu aja, percaya deh sama gue. Hehe... *serius*
Pokoknya jauh banget dari konsistensi kita mah, coba kita lihat kebelakang udah berapa banyak hal yang kita upayakan akan "kekonsistensiannya"

"Konsistensi manusia tak lebih dari sebuah konsistensi semu yang akan sirna seiring berjalannya waktu, akan datang masa kadaluarsa"- Ibaad, bungkusanpermen.

Masih gak percaya?
Bayangin jika kita bener-bener konsisten, maka yang baik akan konsisten menjadi baik, maka yang rajin beribadah akan tetap rajin, dan yang berbuat jahat akan terus konsisten berbuat jahat. Gimana? Gimana dengan yang menjalin hubungan yang gue sebut "ikatan semu" jika benar-benar konsisten, maka mereka akan terus bersama, tapi faktanya ada jutaan atau bahkan milyaran manusia di dunia yang ditinggal nikah sama partner ikatan semunya? Nah loh, perih sob! Hahahaha *ketawa jahat*
Jodohlah yang akan membuyarkan semuanya, dan yang terbaik yang telah ditetapkanlah yang namanya akan terbit pada buku nikah kita nantinya *eh maksudnya kita semua, bukan "kita" ya. BUKAN! Hehe^^
Bukankah jika konsistensi itu ada pada kita, maka bisa dipastikan arah kita semua akan kemana? dengan siapa kita nantinya akan mengarungi kehidupan ini semuanya bisa ketebak, lantas apa kita lupa akan hidup ini yang penuh misteri, dan hanya Allah yang tahu semua itu?
Sudahlah, akuin kita semua emang jauh dari sebuah konsistensi dalam hidup ini. Dan hentikan tuntutan akan konsistensi dari seorang manusia.

"Seberapapun kerasnya kita menjaga konsistensi kita akan sesuatu, akan selalu ada alasan untuk mengakhiri konsistensi itu sendiri, entah dengan kesadaran atau bahkan tanpa kita sadari sedikitpun"- Ibaad, bungkusanpermen.

Maapin jika semua ini gak berbanding lurus dengan pemikiran kalian, karena ini hanyalah ulasan gue, ibaad yang jauh dari kesempurnaan. Hal ini semata-mata berdasarkan pengamatan gue sendiri, teman, sahabat, dan keluarga. Konsistensi juga tak terpisahkan oleh sifat dasar manusia pada umumnya, "lupa". Dan kala lupa telah menghampiri maka hampir bisa dipastikan habislah sudah konsistensi yang diupayakan. Dan jangan salahkan mereka yang tadinya teguh untuk "menunggu" berakhir dengan "pergi jauh", jangan salahkan "konsistensi" mereka akan hal itu karena menunggu adalah salah satu hal terkampret yang ada, dan gue benci menunggu *eh, tapi gue bukan satu-satunya! Sekali lagi konsistensi terbantahkan, so?
Ketika seseorang menuntut akan konsistensi kita, maka sanggahlah dengan mengatakan "aku tak bisa menjamin akan hal yang tak bisa kupastikan, tapi akan kuusahakan" 
Ini saran doang, gak mutlak kok toh kita hidup masing-masing dan pertanggung jawaban akan kembali pada kita masing-masing. *sungkem*
Nah kalau elu masih aja berusaha menentang ini semua, silakan dilanjutin sejauh mana elu sanggup mempertahankan hal yang kalian sebut sebuah "konsistensi".

See ya in the next post! Have a great day lads! ^^


0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More