Saturday, December 16, 2017

Juri Gadungan, Manusia From Another Planet!

Hai... hai.. hai..
Rame gilak ya, udah pada antri rapi nungguin ibaad balik ngerusakin mindset kalian dengan kata-kata yang berlawanan dengan arus nan anti mainstream. haha..
Btw ngomongin soal antri, budaya atau entah apa itulah ya di negara kita yang tercinta ini tentang antri masih sangat memperihatikan, mungkin mental juga turut berpengaruh akan hal ini. Gimna enggak, beberapa waktu silam gue ke spbu layaknya orang-orang pada umumnya yang ingin mengisi bahan bakar kendaraan, lah ditengah antrian yang panjangnya luar biasa, kudapati seorang oknum ibu-ibu yang bikin antriannya sendiri. Ini gimana coba? gue yang udah antri lama ditikung gitu aja dan beliau duluan ngisi BBMnya kemudian pergi seolah tak berdosa. Ini kenapa ngenes bener gue, mantan-mantan udah pada pergi trus nikah, lah ngantri BBM di spbu gue masih juga ketikung. Asem! Kamvret! !@#$!@%!%!%1% *agak marah*

Well, skip ajalah cerita yang pedih ini, sok atuh pindah ke topik lain. Ingat judul! Hahaha
Juri gadungan, bahasan gue sebelumnya yang udah gue share kali ini bakalan gue kupas lagi dikit. Berhubung adanya request dari fans dan berkat dukungan lingkungan sekitar gue yang lumayan banget juri gadungannya. Hehe
Seorang oknum yang mungkin kehabisan kerjaan sehingga beralih profesi menjadi juri gadungan dengan tugas fungsional untuk menilai hidup seseorang yang kerap kali dengan standar yang masih abu-abu. Anehnya dengan standar penilaian yang abu-abu, mereka tetep aja terlihat tanpa cacat celah dan terus terusan menilai hidup seseorang. Hampir bisa gue pastiin penilaian yang dihasilkan tidaklah objektif. Kenapa demikian? penilaian yang dilontarkan oleh mereka manusia dari planet lain berlandaskan pada pandangan satu arah aja, dengan dibumbui rasa soktau yang menggebu-gebu kemudian memvonis hidup seseorang dengan instan. Vonis, vonis, dan vonis itu doang kerjaan utama mereka.
Lah trus gaji mereka berapa buat ngejudge gitu? Nah jawab sendiri ya kalian para judges! HAHAHA *ketawa jahat*
Lebih dalam tentang juri gadungan, mereka dengan data akan seseorang yang keakuratannya diragukan tetap aja jalan terus, ngejudge terus, padahal kalau diliat-liat lagi apa iya hal-hal yang mereka tau udah bener? udah menyeluruh? apa mereka udah paling bener? kenapa gak menilai hidup mereka masing-masing aja? Tapi ya susah, juri gadungan kan "perfect" jadi mereka gak mungkin dinilai, tapi menilai.
Ketika elu baru kenal orang dalam jangka waktu beberapa hari trus nyimpulin penilaian elu akan orang tersebut dengan mudahnya. Situ sehat?
Jangankan hitungan hari, bahkan dalam hitungan tahun juga kita tak akan tau secara keseluruhan gimana hiruk pikuk hidup seseorang. Kenapa? karna keterbatasan kita yang notabene cuma manusia, bukan tuhan. Bahkan tak menutup kemungkinan kita pada lingkup keluarga juga belum tentu tau segalanya akan hidup keluarga kita.
Lah kok bisa? privasi. Iya privasi, sedekat apapun kita dengan keluarga, teman, atau rekan kerja pasti akan tetap ada yang namanya privasi. Gitu! Coba baca lagi postingan gue sebelumnya tentang privasi. Hehe *ketawa tamvan*
Jadi, gak ada celah buat kalian juri gadungan yang berasal dari planet lain untuk tetap ngasi penilaian akan hidup orang! Gak sama sekali.
Kalian tau apa? tau banyak? gak sama sekali. Juri gadungan mah gak tau segalanya, Allah lah juri sesungguhnya yang tau segalanya. Catet!

"Juri gadungan, memberi penilaian akan hidup seseorang secara random. Seolah paling benar dan tahu banyak, nyatanya tidak sama sekali." -Ibaad, bungkusanpermen.id

Kemudian gimana dengan kita? iya, kita korban dari penilaian juri gadungan yang brutal. Gmn?
Tetap aja fokus, jalan terus aja. Yang terpenting, anggap aja mereka layaknya asap. Ya mesti agak perih kala asap itu mengenai mata kita tapi sesaat doang kok, akan tiba waktunya asap itu tertiup dan terbawa angin dan yang tersisa hanyalah kesejukan akan hembusan angin tersebut. Jangan menghindar, dan jangan baper! Ketika kita dijudge trus baper habislah sudah. Jangan baper, cukup HADAPI!
Ketika kita mampu bertahan dengan sejuta cercaan dan tetap berjalan ke depan maka kita berada pada tahap pendewasaan untuk kesekian kalinya, anggaplah mereka rintangan yang nantinya akan mengupgrade pribadi kita. Yang terpenting kehadiran mereka manusia dari planet lain jangan sampai membuat kita downgrade, harus upgrade. HARUS!

Well, itu aja sih yang ada di kepala gue tentang juri gadungan yang gue sebut manusia dari planet lain. Jangan tanya planet apa, jangan! Hahaha
Semoga kita selalu dilindungi dari para juri gadungan yang terkutuk! HAHAHA

See ya guys, have a nice day!

Sunday, December 3, 2017

Hidup Bukan Pilihan

Hello gengs!
How are you today? *uhuk.. biar keliatan jago bahasa inggris*
Gimana, gimana? Gue udah mirip guru bahasa inggris blm? Belum? Oke, mungkin gue emang ditakdirin buat jadi penulis amatir aja yes. Hehe
Lama banget ya setelah postingan terakhir gue tentang kita *eh maaf bukan kita, tentang apalah itu, lupa gue. Hahaha

Well, let’s skip it! Btw, masih pada hidup kan kalian? Syukurlah, secara kalau kalian udah gak hidup trus siapa lagi yang bakal setia negebaca tulisan amatir gue di blog yang cupu ini. *pencitraan biar dibilang rendah hati*
Hehe… *ketawa dikit dalam hati*
Ngomongin hidup, pernah gak sih denger kata “hidup adalah pilihan”? Hah?? Gak pernah?? Dasar kampungan! HAHAHA *ketawa jahat*

Oke, sering banget kali yes kita dengar, liat kata-kata itu. Tapi ya, entah kenapa gue gak setuju dengan kata-kata itu. Kenapa? Bukan Ibaad namanya kalau gak ngelawan arus. Iya, secara coba deh sebutin satu hal aja yang pernah elu pilih di dunia ini? Ayo sebutin!
Apa? Elu milih pacar elu? Pfftt… Yakin?
Coba jelasin ke gue gimana caranya elu milih lahir di keluarga elu skrg? Coba jelasin ke gue gmn cara elu milih jenis kelamin elu? Jelasin juga ke gue gimana mungkin elu milih lahir dengan tampang pas pasan? Jelasin!
Gak bisa kan? Fixed! Hidup ini bukan pilihan, tapi dipilihkan. Siapa? Dialah satu satunya yang berhak akan seluruh semesta ini yang telah memilihkan apa saja yang ada pada diri kita sekarang. Semua emang keliatan kita yang pilih selama ini, tapi nyatanya kita tak pernah tau apa yang terbaik untuk kita sendiri, jadi semua yang udah ada pada diri kita pasti adanya adalah pilihan Allah SWT. Masih mau nyangkal? Gimana dengan ketika elu berniat memilih sesuatu seperti profesi atau apapun itu, kemudian terwujud? Tetap aja pada dasarnya itu semua udah dipilihin oleh yang maha kuasa, bukan pilihan elu. Gak sama sekali! Cuma mindset kita aja yang ngebentuk pemikiran kalau hidup ini kita yang pilih, padahal sejatinya hidup memang telah diatur dan dipilihkan. Lebih jauh lagi, kelak akan dipertemukan dengan pendamping hidup elu yang entah itu datangnya darimana tapi satu hal yang pasti, itulah yang terbaik dan telah dipilihkan. 
Sekalipun melalu media ikatan semu kemudian menikah, tetap saja itu mutlak bukan pilihan kita, melainkan pilihanNya. The one and only, Allah.

“Hidup bukanlah pilihan, tetapi dipilihkan” – Ibaad, bungkusanpermen.

That’s it guys, udah lama gak ngetik jadi cuma bisa sependek ini aja. Maapin banyak salah.
Semoga kalian yang rajin ngebuka blog gue selalu bahagia, dan kalian barisan pahlawan hati yang telah temukan cinta sejati, semoga bahagia selalu.


See you in the next post!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More