Saturday, February 18, 2017

Teruntuk Nenek Tercinta












Pernahkah rasakan sejuknya embun di pagi hari?
Kala itu ku rasakan tangan halus lembutmu
Bak kapas putih tak kau biarkan sedikitpun noda mengusikku
Betapa bahagiamu dan bahagiaku kala itu berbaur menyatu
Tak cukup kata tuk ungkap betapa aku manusia paling beruntung di dunia
Tik..tok..tik..tok…
Waktu terus berlalu kala itu aku beranjak dewasa
Di sisi lain kau tampak semakin menua
Dengan teganya sakitmu mulai berdatangan
Bak pisau ia menyayat kekuatanmu
Namun semangatmu kala itu tak mungkin ku lupa
Kau tampak tegar akan semuanya
Betapa aku selama ini sangat lemah
Mengeluh akan hal sederhana
Mengeluh akan hal yang tak sebanding dengan kejamnya sakitmu yang terus menghujam
Sampai detik terakhirmu, aku tak kuasa membendung segalanya
Tak percayanya aku kala itu harus kehilanganmu
Tangis tak terbendung, ketidak ikhlasan mencengkramku
Kenapa?
Tak habis “kenapa” di kepala
Lantas apa yang bisa aku perbuat
Semua telah terjadi dan telah menjadi garisan yang telah ditetapkan
Satu hal pasti, kini kau telah terbebas akan sakitmu
Dan kini aku yang harus tetap berjalan
Beriring dengan segala nasihatmu yang tak mungkin ku lupa
Kini cucumu masih jadi bahan cemoohan orang-orang
Hanya sekedar sampah di masyarakat
Serangan dari berbagai sudut menghujam deras menjatuhkanku
Namun tak ingin ku kecewakanmu
Entah sampai kapan bertahan tak perlu ku risaukan
Yang ku tahu pesan serta nasihatmu akan selalu menguatkanku
Dunia kita kini memang berbeda, tapi ku yakin waktu itu akan datang
Waktu untuk kita semua berkumpul kembali.

Miss you so bad, nek
Muddani senna’ ka’ pada idi' nek

I LOVE YOU, Mrs. Habibu!

An Absurd Writing on Saturday Night 2

Hallo….
Balik lagi di malam minggu yang entah udah yang ke berapa kalianya gue habisin dengan bersemedi di kamar, dihadapan kamu *eh PC maksudnya.
Gimana nih kabar kalian? Lama ya gak jalan bareng kamu. Haha
Kali ini gak hujan ya, ini pasti kaum-kaum yang senasib dengan gue rehat ngedoain hujan malam ini. Lah kenapa senyum-senyum gitu mblo? Seneng malam ini gak hujan? Well, hujan atau gak ya sama aja kan ya…
Entah kenapa pada detik ini gue pengen banget mencet-mencetin keyboard pc, bukan karena ada ide yang brilliant loh ya, yak arena pengen aja, semacam absurd gitu. Gue turutin aja apa maunya ini jari-jari. Oh iya, malam ini kalian kemana? Jalan bareng pacar? Temen?
Have fun ya…. *baaiiiikk*
Ini baiknya tumben loh, biasanya ngedoain yang jelek-jelek. Hehe
Ya gitu dh namanya juga manusia, konsistensinya labil gitu. Labilnya ini beda loh sama abege-abege yang itu *nunjuk*
Percaya gak kalau hal yang paling sulit dilakuin adalah menunggu dengan konsistensi penuh? Iya susah bener, bukan kali ini aja gue rasain dan elu juga pasti pernah rasain. Ya gak?
Dan makin kesini makin bener dah kata-kata “Jangan asal ngomong doang, bisa konsisten gak?”
Sumpah, ini bukan kata-kata dari mantan kalian, mantan elu, atau mantan kita. Bukaaaan!
Ngomongin konsisten yang lebih mendalam, akhir-akhir ini gue juga ngerasain betul konsistensi kedekatan gue sama temen yang udah gue anggap  kayak sodara sendiri itu makin tipis, kayak harapan kita buat ke KUA *eh
Kenapa lagi? Itu aja terus, berkali-kali gue liat diri gue ngaca eh ternyata…
Gue skrg udh agak gendut gitu *Senyum2 martabak*
Jd kenapa ya? Apa karena makin kesini makin banyak hal yang kami temuin, hal baru yang bikin kita jauh, makin banyak prioritas lain? Mungkin aja, to be honest I miss you all my brotha  & sista. Complicated bener yak… *kebetulan lagi dengerin lagunya mantan gebetan gue, Ariana*
Makin gak penting aja ya, makin ke arah weird gitu, terserah aja. Anggap aja postingan kali ini tentang curhatan gue *eh padahal sebelumnnya jg tentang curhatan terselubung. Hahaha *ketawa jahat*
Balik lagi ke konsistensi, apa iya kita bisa konsisten jaga rasa ini hingga waktunya tiba nanti saat kita udah sama-sama siap untuk segalanya? Sepertinya kita udah kelewat jauh mikirnya, ya gak?
Kenapa gak coba buat realistis aja, hidup untuk saat ini, jangan terlalu banyak mikirin besok lusa akan gimana, ya gak?
Realistis aja, saat ini emang kita dan sahabat sedang sibuk dengan urusan kita masing-masing tuk siapin masa depan, realistis juga kita memang belum saatnya untuk berjalan beriringan. Konsistensi emang gak bisa jalan sendiri, mesti dibarengi pengertian dan realistisitas kita dalam ngadepin semuanya. Sulit atau mudah bukan persoalan tapi lebih tentang kita yang harus lebih realistis dalam bersikap, esok cerah kok kalau mendung, ya mungkin lusa cerah. Gitu aja, Realistis!

Jika hari ini mendung, mungkin esok cerah, tapi jika esok masih mendung, mungkin lusa cerah, so simple then let it be! –Ibaad,bungkusanpermen

Segitu aja kali ya, malam minggu absurd gue. Hehehe
Pamit dulu yes, ntar kapan-kapan mau ngepost puisi buat kamu *ini serius* HAHAHAHA….
Don’t forget to be realistic in life!


See ya~

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More